Sering kita berfikir, saat masalah yang begitu berat kita
hadapi, hidup itu tidak adil akan kita, semua orang berlaku egois terhadap
kita. Menurut ku semua itu benar, banyak hal, banyak pengorbanan yang sudah
kita berikan pada mereka, namun apa balasnya, nothing.. bahkan mungkin kita
malah dapat hinaan dan caci atas usaha baik kita pada orang lain. Sewajarnya
saja kalo kita menolong orang paling tidak mengharapkan ucapan terima kasih,
itu saja rasanya cukup. Namun ketika bukan terima kasih yang kita dapat tapi
sebuah penghargaan bagai sampah yang begitu kotor yang bahkan orang jijik
memegangnya, rasa benci itu pasti akan ada saat kita ingat wajah mereka,
pertanyaannya adalah apakah salah perasaan yang kita rasakan, benci dan rasa
ingin balas dendam terhadap mereka yang membuang kita setelah mendapat apa yang
mereka mau.
Terserah pendapat kalian apa, aku hanya bicara dari satu
sisi yang mungkin ku tahu.
Saat kau menolong orang itu, pasti rasanya bahagia melihat
orang yang kita bantu tersenyum kembali. Dan saat mimpi indah itu masih
berlanjut, kau hanya ingin menikmatinya tanpa ingin bangun dari tidur. Seakan
semua lelah dan bisik itu hilang saat bersamanya. Namun suatu saat kita pasti
akan bangun dari mimpi itu, dan ketika kau tersadar, sudah terlalu banyak hal
yang terjadi tanpa kau sadari.
Begitu banyak orang yang mengataimu, mereka semua
menghujatmu dengan kata yang begitu pedih. Yang ingin aku tahu, apa yang mereka
tahu tentang kita, apa yang pernah mereka lihat tentang kita, mereka tidak tahu
apa-apa, mereka tak pernah tau apa yang telah kita korbankan. Satu saja
keburukan kita mereka akan mengingatnya selamanya dan menghapus semua kebaikan
yang pernah kita lakukan. Kita memang bukan manusia yang hebat, karna
menginginkan penghargaan atas apa yang kita lakukan selama ini. Namun apakah
itu salah?
Saat menolong orang itu mereka bilang jangan pernah berubah
terhadap mereka, karena mungkin mereka membutuhkan
kita. Hati kita yang mungkin sudah terbuai, entah oleh kata yang jujur atau
sebuah bohong yang mereka ucapkan. Kita dengan senyum yang manis menurut apa
yang mereka pinta, tanpa tau sisi koin yang lain.
Namun sekarang, saat mereka mendapat apa yang mereka mau,
mendapat yang lebih baik, mendapat yang lebih berarti bagi mereka, kita benar
benar diabaikan. Semua kata yang dulunya begitu manis, hilang begitu saja.
Senyum yang dulunya mereka berikan sekarang beralih pada orang lain. Kita sakit
hati, wajar, kita membenci mereka yang mencampakkan kita, wajar.
Bagaimana tidak, rasanya sudah begitu berat agar kita bisa
berjalan disamping mereka, menerima semua lemparan batu dari mereka yang tidak
tau apa-apa tentang kita. Dan sekarang kau ditendang keluar dari pandangan
mereka.
Sekarang kebencian itu sudah tertanam dalam otak dan hatimu,
yang sekarang bisa kita lakukan adalah terus berbohong pada mereka bahwa kita
masih bisa tersenyum bahwa kita tidak apa-apa. Terus berbohong demi sebuah
kejujuran yang sudah dilakukan. Beginikah perihnya hidup yang kita jalani…
continue